Puasa shiyaam secara bahasa adalah menahan imsaak. Shiyaam berasal dari kata shaama yang artinya amsaka menahan. Puasa shiyaam secara istilah adalah menahan dari sesuatu yang khusus (misalnya menahan makan, minum dan berhubungan badan) dan dilakukan dengan niat puasa. Jika seorang menahan diri dari berbicara, maka dia dikatakan‘ orang yang berpuasa sha’im. Karena, puasa secara bahasa adalah menahan diri. Bacalah firman Allah.
Jika kamu melihat seorang manusia, maka katakanlah, Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pemurah, maka aku tidak akan berbicara dengan seorang manusia pun pada hari itu.
Artinya, apabila Maryam melihat seseorang dan orang itu bertanya kepadanya tentang anak yang dilahirkan, maka diamlah dan jangan berbicara sama sekali. Ini adalah puasa secara bahasa. Akan tetapi, puasa secara istilah sebagaimana telah kami katakana adalah Menahan diri dari syahwat perut dan kemaluan.
Puasa menurut orang-orang Nashrani adalah dari makanan-makanan tertentu. Dengan demikian, ibadah puasa itu tidak berubah dengan perubahan zaman, hanya saja tata cara puasnya yang berubah dengan perubahan zaman.
Maka firman Alah setelah perintah untuk mengerjakan puasa, Agar kamu bertakwa. (QS. Al Baqarah:183) adalah tujuan ibadah puasa agar kita sampai kepada derajat takwa.
Takwa artinya wiqayah (melindungi diri). Kita bertakwa kepada Allah, artinya kita mengerjakan apa yang Allah perintahkan dan menjauhkan apa yang dilarang. Apabila kita telah memasukkan nilai-nilai ketakwaan dalam diri kita dengan mengerjakan segala perintah-Nya dan meninggalkan segala larangan-Nya, maka kita telah melindungi diri kita dari api neraka.
Puasa itu sendiri dapat melindungi diri kita dari api neraka. Sebab, segala kemaksiatan itu timbul dari kejahatan hawa nafsu. Sedangkan puasa itu dapat melemahkan atau meminimalisir ruang gerak hawa nafsu dalam diri manusia. Rasulullah SAW memberikan nasihat kepada para pemuda.
Wahai para pemuda, barangsiapa yang telah mampu di antara kalian untuk menikah, maka menikahlag. Barangsiapa yang belum mampu, hendaklah dia berpuasa karena puasa itu dapat mengekang hawa nafsu.
Artinya, puasa itu dapat mengekang gejolak hawa nafsu dalam diri remaja. Karena, dengan sedikitnya mengonsumsi makanan, maka gejolak hawa nafsu dan keinginan untuk melakukan kemaksiatan dapat berkurang. Puasa pada bulan Ramadhan melatih manusia untuk istiqomah selama satu bulan. Kemudian, setelah mereka merasakan kenikmatan istiqomah mereka akan, mereka akan melanjutkannya pada bulan-bulan berikutnya.
Sesungguhnya Allah tidak memerintahkan kita untuk istiqamah selama bulan Ramadhan saja. Akan tetapi, Allah jadikan bulan Ramadhan sebagai sarana untuk melatih diri agar bisa orang yang istiqomah, agar dapat terus berlanjut sepanjang hidup. Karena, Allah memilih waktu-waktu tertentu yang mulia atau tempat-tempat tertentu yang mulia atau juga manusia. Tidak hanya untuk mengistimewakan tempat, waktu, atau orang tersebut, melainkan Allah memilih seseorang menjadi rasul agar manusia dapat mengikuti apa yang dilakukan oleh Rasul itu.
Begitu pula Allah memilih waktu-waktu tertentu, bukan untuk mengistimewakan waktu tersebut dari waktu-waktu yang lain. Akan tetapi, agar setiap orang dapat memanfaatkan waktu-waktu yang lain seperti pada waktu yang dipilih Allah. Misalnya, bulan Ramadhan Allah memerintahkan manusia untuk meningkatkan ibadah pada bulan itu dan berpuasa. Tujuannya agar pada bulan-bulan lain dia dapat melakukan ibadah seperti pada bulan Ramadhan.
Begitu pula Allah memilih tempat-tempat tertentu seperti Makkah dan Madinah, agar orang-orang berusaha meningkatkan ibadah di tempat-tempat lain, seperti halnya ketika dia beribadah di Makkah dan Madinah.
www.ujecentre.com
Artinya, apabila Maryam melihat seseorang dan orang itu bertanya kepadanya tentang anak yang dilahirkan, maka diamlah dan jangan berbicara sama sekali. Ini adalah puasa secara bahasa. Akan tetapi, puasa secara istilah sebagaimana telah kami katakana adalah Menahan diri dari syahwat perut dan kemaluan.
Puasa menurut orang-orang Nashrani adalah dari makanan-makanan tertentu. Dengan demikian, ibadah puasa itu tidak berubah dengan perubahan zaman, hanya saja tata cara puasnya yang berubah dengan perubahan zaman.
Maka firman Alah setelah perintah untuk mengerjakan puasa, Agar kamu bertakwa. (QS. Al Baqarah:183) adalah tujuan ibadah puasa agar kita sampai kepada derajat takwa.
Takwa artinya wiqayah (melindungi diri). Kita bertakwa kepada Allah, artinya kita mengerjakan apa yang Allah perintahkan dan menjauhkan apa yang dilarang. Apabila kita telah memasukkan nilai-nilai ketakwaan dalam diri kita dengan mengerjakan segala perintah-Nya dan meninggalkan segala larangan-Nya, maka kita telah melindungi diri kita dari api neraka.
Puasa itu sendiri dapat melindungi diri kita dari api neraka. Sebab, segala kemaksiatan itu timbul dari kejahatan hawa nafsu. Sedangkan puasa itu dapat melemahkan atau meminimalisir ruang gerak hawa nafsu dalam diri manusia. Rasulullah SAW memberikan nasihat kepada para pemuda.
Wahai para pemuda, barangsiapa yang telah mampu di antara kalian untuk menikah, maka menikahlag. Barangsiapa yang belum mampu, hendaklah dia berpuasa karena puasa itu dapat mengekang hawa nafsu.
Artinya, puasa itu dapat mengekang gejolak hawa nafsu dalam diri remaja. Karena, dengan sedikitnya mengonsumsi makanan, maka gejolak hawa nafsu dan keinginan untuk melakukan kemaksiatan dapat berkurang. Puasa pada bulan Ramadhan melatih manusia untuk istiqomah selama satu bulan. Kemudian, setelah mereka merasakan kenikmatan istiqomah mereka akan, mereka akan melanjutkannya pada bulan-bulan berikutnya.
Sesungguhnya Allah tidak memerintahkan kita untuk istiqamah selama bulan Ramadhan saja. Akan tetapi, Allah jadikan bulan Ramadhan sebagai sarana untuk melatih diri agar bisa orang yang istiqomah, agar dapat terus berlanjut sepanjang hidup. Karena, Allah memilih waktu-waktu tertentu yang mulia atau tempat-tempat tertentu yang mulia atau juga manusia. Tidak hanya untuk mengistimewakan tempat, waktu, atau orang tersebut, melainkan Allah memilih seseorang menjadi rasul agar manusia dapat mengikuti apa yang dilakukan oleh Rasul itu.
Begitu pula Allah memilih waktu-waktu tertentu, bukan untuk mengistimewakan waktu tersebut dari waktu-waktu yang lain. Akan tetapi, agar setiap orang dapat memanfaatkan waktu-waktu yang lain seperti pada waktu yang dipilih Allah. Misalnya, bulan Ramadhan Allah memerintahkan manusia untuk meningkatkan ibadah pada bulan itu dan berpuasa. Tujuannya agar pada bulan-bulan lain dia dapat melakukan ibadah seperti pada bulan Ramadhan.
Begitu pula Allah memilih tempat-tempat tertentu seperti Makkah dan Madinah, agar orang-orang berusaha meningkatkan ibadah di tempat-tempat lain, seperti halnya ketika dia beribadah di Makkah dan Madinah.
www.ujecentre.com
0 comments:
Post a Comment